Rabu, 22-01-2025
  • Selamat Datang Di Website Resmi MI Darul Khairat Banjarmasin

Sejarah Hari Kesaktian Pancasila: Mengenang Kesaktian Ideologi Bangsa pada 1 Oktober

Diterbitkan :

Pendahuluan

Hari Kesaktian Pancasila diperingati setiap tanggal 1 Oktober untuk mengenang pentingnya Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa Indonesia. Penetapan hari ini erat kaitannya dengan insiden Gerakan 30 September (G30S/PKI), sebuah upaya kudeta oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) yang ingin menggantikan Pancasila dengan komunisme. Insiden tersebut menewaskan beberapa perwira tinggi Angkatan Darat, namun gagal menggoyahkan posisi Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Artikel ini akan mengulas secara lengkap sejarah dan latar belakang Hari Kesaktian Pancasila, dimulai dari tragedi G30S/PKI, pembentukan Dewan Revolusi, hingga pencetusan Hari Kesaktian Pancasila.

Latar Belakang Gerakan 30 September 1965

Pada malam tanggal 30 September 1965, sebuah insiden besar terjadi yang dikenal dengan Gerakan 30 September (G30S/PKI). Gerakan ini dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung dari Pasukan Cakrabirawa, yang bertujuan menculik dan membunuh sejumlah perwira tinggi TNI Angkatan Darat. Target utama dari gerakan ini adalah Jenderal TNI Abdul Harris Nasution, namun ia berhasil lolos.

Sayangnya, enam jenderal dan seorang kapten tewas dalam peristiwa ini. Para korban tersebut adalah:

  1. Letjen TNI Ahmad Yani
  2. Mayjen TNI Raden Suprapto
  3. Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono
  4. Mayjen TNI Siswondo Parman
  5. Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan
  6. Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo
  7. Kapten Pierre Tendean

Jasad para jenderal tersebut ditemukan di sebuah lubang di Pondok Gede yang kemudian dikenal sebagai Lubang Buaya. Peristiwa berdarah ini menjadi puncak ketegangan politik di Indonesia pada masa itu, yang kemudian mengarah pada tindakan militer terhadap PKI.

Pasca Insiden G30S/PKI

Setelah insiden ini, pihak PKI langsung bergerak cepat dengan menguasai media, termasuk Studio Radio Republik Indonesia (RRI) dan Kantor Telekomunikasi di Jakarta. Melalui RRI, mereka menyebarkan berita bahwa Gerakan 30 September dilakukan sebagai respons atas adanya “Dewan Jenderal” yang berencana melakukan kudeta terhadap Presiden Soekarno. PKI juga mengumumkan pembentukan Dewan Revolusi, yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung.

Namun, dukungan terhadap Dewan Revolusi tidak datang dari seluruh wilayah Indonesia. Di Yogyakarta dan Jawa Tengah, PKI menculik dan membunuh dua perwira tinggi, Kolonel Katamso dan Letnan Kolonel Sugiyono, karena mereka menolak keberadaan Dewan Revolusi. Tindakan PKI di wilayah-wilayah tersebut mempercepat kehancuran partai tersebut setelah gerakan G30S gagal mencapai tujuannya.

Respons Pemerintah dan Militer

Pada tanggal 1 Oktober 1965, Presiden Soekarno berusaha untuk meredam situasi dengan menyerukan persatuan nasional. Tindakan ini diambil untuk menghentikan kekerasan yang semakin meluas. Pada tanggal 6 Oktober, Soekarno melantik Mayjen Soeharto sebagai Panglima Angkatan Darat, memberinya kekuasaan penuh untuk memulihkan situasi keamanan.

Situasi politik semakin tidak menentu, dan pemerintah memutuskan untuk mengambil tindakan keras terhadap PKI. Ribuan anggota PKI dan simpatisannya ditangkap, diinterogasi, dan banyak di antaranya dieksekusi. Gelombang pembantaian terhadap anggota PKI dan pendukungnya terjadi di berbagai wilayah Indonesia, terutama di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Bali. Jumlah korban dalam pembantaian ini tidak pasti, tetapi diperkirakan mencapai ratusan ribu orang.

Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)

Setelah kegagalan G30S/PKI dan penumpasan para pendukungnya, situasi politik di Indonesia semakin memanas. Pada 11 Maret 1966, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) yang memberikan kekuasaan luas kepada Mayjen Soeharto untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu guna memulihkan stabilitas nasional.

Supersemar menjadi titik balik dalam sejarah Indonesia, karena Soeharto menggunakan mandat ini untuk melarang PKI dan membubarkan organisasi yang berafiliasi dengan partai tersebut. Penangkapan terhadap pimpinan PKI terus berlangsung, hingga akhirnya Ketua PKI, D.N. Aidit, tertangkap dan dieksekusi oleh militer pada akhir November 1966.

Pencetusan Hari Kesaktian Pancasila

Setelah peristiwa G30S/PKI, pemerintah menetapkan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila. Hari ini dimaknai sebagai simbol bahwa Pancasila memiliki “kesaktian” atau kekuatan yang tidak bisa digantikan oleh ideologi apapun, termasuk komunisme.

Hari Kesaktian Pancasila pertama kali diperingati di era Orde Baru di bawah pimpinan Presiden Soeharto. Setiap tahun, upacara bendera dilaksanakan di Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya untuk mengenang jasa para pahlawan revolusi yang gugur. Selain itu, acara tabur bunga di makam para pahlawan revolusi di Taman Makam Pahlawan Kalibata juga menjadi bagian dari rangkaian peringatan.

Film dokumenter tentang G30S/PKI juga rutin diputar pada masa Orde Baru sebagai pengingat bagi masyarakat akan bahaya komunisme dan pentingnya mempertahankan Pancasila sebagai ideologi negara.

Makna Hari Kesaktian Pancasila bagi Bangsa Indonesia

Hari Kesaktian Pancasila memiliki makna yang sangat dalam bagi bangsa Indonesia. Peringatan ini menjadi pengingat akan bahaya ideologi yang bertentangan dengan Pancasila dan upaya mempertahankan kesatuan bangsa. Pancasila, yang digali oleh Presiden Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945, menjadi landasan kuat bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi berbagai ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri.

Melalui Hari Kesaktian Pancasila, diharapkan seluruh rakyat Indonesia dapat terus menjaga Pancasila sebagai ideologi pemersatu bangsa dan menghindari perpecahan yang diakibatkan oleh paham-paham yang bertentangan.

Penutup

Sejarah Hari Kesaktian Pancasila adalah bagian penting dari sejarah perjalanan bangsa Indonesia. Peristiwa G30S/PKI menjadi titik balik yang menegaskan betapa pentingnya Pancasila sebagai ideologi negara. Dengan memperingati Hari Kesaktian Pancasila, bangsa Indonesia diingatkan akan bahaya ideologi komunisme dan pentingnya menjaga persatuan serta kesatuan bangsa di bawah payung Pancasila.

Peringatan ini tidak hanya mengenang para pahlawan revolusi yang gugur, tetapi juga menjadi momentum untuk memperkuat komitmen bangsa dalam mempertahankan Pancasila sebagai ideologi yang mempersatukan berbagai keberagaman di Indonesia.

Referensi :

https://sejarahlengkap.com/indonesia/sejarah-hari-kesaktian-pancasila

0 Komentar

Beri Komentar

Balasan